Dilema
Reklamasi Pantai : Stop or Continue?
Oleh
Mutmainna Tahir
Pernakah kalian
medengar kata “Reklamasi pantai”? kata tersebut mungkin sangat jarang mampir
difikiran generasi penerus bangsa saat ini. Padahal “reklamasi pantai”
merupakan suatu problem yang masih menjadi kontraversi dan perlu diketahui oleh
putra putri bansga. Hal ini dikarenakan sebercik kata tersebut sangat
menentukan masa depan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia kedepannya.
Tulisan berikut ini akan memaparkan mengenai problematika tersebut.
Namun, sebelum membahas
lebih lanjut, penting untuk mengetahui pengertian reklamsi pantai terlebih
dahulu. Reklamasi Pantai menurut UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 1 atyat (26) adalah
kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Reklamasi
pantai dibutuhkan untuk menyusun dan pengembangan tata ruang kota agar tidak
terjadi penumpukan wilayah atau pemukiman bahkan gedung-gedung. Selain itu,
juga perlu ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai
ekonomis. Reklamasi pantai dapat meningkatkan
dan memperbaiki sumberdaya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih
bermanfaat, mengurangi pengangguran, serta mendapatkan kembali tanah yang
hilang akibat gelombang laut.
Salah satu contoh nyata
adalah reklamsi yang dilakukan di Dubai. Bukan hal baru lagi bahwa Dubai
merupakan salah kota dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia dengan pendapatan perkapita mencapai USD 16.350 (Rp 211
jutaan) tahun 2005. Hal tersebut tentu ditunjang oleh reklamsi pantai
yang dilakukan di Dubai. Maka dari itu, reklamasi menjadi pilihan bagi daerah
metropolitan, seperti Indonesia dalam memperluas lahannya guna memenuhi
kebutuhan akan pemukiman.
Akan tetapi, seperti halnya semua
probelmatika, selain dampak positif tentunya reklamasi juga memiliki dampak
negatif. Pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono,
mengatakan, reklamasi Teluk Jakarta lebih banyak menimbulkan dampak negatif
daripada positif. Menurutnya, ada lima dampak negatif dari reklamasi pulau,
yaitu:
1.
Membuat air laut menjadi naik, berarti akan menambah
banjir rob, berarti akan membunuh pepohonan yang tidak mampu beradaptasi dengan
air asin.
2.
Sumur-sumur penduduk di sekitar pantai yang tadinya
payau akan menjadi asin.
3.
Tumbuh dan berkembangnya bakteri E coli. Bakteri E
coli berkembang jika air tawar berkurang. Bakteri ini jika dilihat dengan
perbesaran 300 kali mikroskop akan kelihatan sekali. Misalkan diminum, dapat
menyebabkan sakit perut, disentri, diare dan sebagainya. Namun, jika dimasak
dengan suhu 80 derajat, menurut dia, bakteri E coli dapat mati. Meski tidak
jarang masyarakat menggunakan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian.
4.
Warga yang tinggal di pulau reklamasi mungkin akan
nyaman, tapi tidak masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Jika kanalnya tidak
dibuat dengan baik, pengaruh bau akan sangat besar . Sebab, air asin akan
mengendap, terkena panas, dan terjadi proses kontaminasi secara kimia. Hal
tersebut tentu saja akan membuat wilayah sekitar menjadi bau, namun akan hilang
dan muncul tergantung dari pasang-surut air laut.
5.
Reklamasi berdampak buruk untuk mangrove. Sebab,
pasang-surut air laut menyebabkan habitat dan kualitas tanah berubah sehingga
jenis tanaman tertentu tidak dapat tumbuh.
Dalam hal ini,
masyarakat pesisir juga menjadi salah satu pihak yang sangat menentang adanya
reklamasi pantai. Hal ini disebabkan masyarakat pesisirlah yang paling
merasakan dampak tersebut. Bagaimana tidak? Reklmasi dapat mengurangi wilayah kelola nelayan tradisional dan
memperparah pencemaran. Dengan itu, masyarakat pesisir terancam kehilangan
sumber kehidupannya. Misalnya, mata pencaharian hingga tempat tinggal.
Lantas apa yang seharusnya kita
lakukan? Mungkin pertanyaan itu telah sekian kali terlintas difikiran pihak
yang masih peduli mengenai kontraversi reklamasi pantai. Apakah reklamasi
pantai harus stop or continue? Pertanyaan tersebut hanya bisa
dijawab oleh pribadi masing-masing. Tergantung dari sudut pandang mana kita
melihat sisi dari reklamasi pantai tersebut dan cara kita menyikapinya.
Di era sekarang ini, kita seharusnya
bisa memilah mana yang baik ataupun buruk untuk masa depan bumi pertiwi kita.
Dalam problematika reklamasi pantai sendiri, kita tentu perlu melihat dampak
positif dari reklamasi pantai. Akan tetapi, kita juga tidak bisa mengabaikan
dampak negatif yang ditimbulkannya. Apabila ingin tetap dilanjutkan demi Indonesia
kedepannya, tentunya harus dipehitungkan dengan sangat matang. Jika perlu
memberikan solusi dari dampak negatifnya. Di sinilah diperlukan kepedulian dan
kerja sama sinergis dari semua komponen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar