Selasa, 18 April 2017

Artikel Reklamasi Pantai

Dilema Reklamasi Pantai : Stop or Continue?
Oleh Mutmainna Tahir

Pernakah kalian medengar kata “Reklamasi pantai”? kata tersebut mungkin sangat jarang mampir difikiran generasi penerus bangsa saat ini. Padahal “reklamasi pantai” merupakan suatu problem yang masih menjadi kontraversi dan perlu diketahui oleh putra putri bansga. Hal ini dikarenakan sebercik kata tersebut sangat menentukan masa depan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia kedepannya. Tulisan berikut ini akan memaparkan mengenai problematika tersebut.
Namun, sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk mengetahui pengertian reklamsi pantai terlebih dahulu. Reklamasi Pantai menurut UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 1 atyat (26) adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Reklamasi pantai dibutuhkan untuk menyusun dan pengembangan tata ruang kota agar tidak terjadi penumpukan wilayah atau pemukiman bahkan gedung-gedung. Selain itu, juga perlu ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis. Reklamasi pantai dapat meningkatkan dan memperbaiki sumberdaya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat, mengurangi pengangguran, serta mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut.
Salah satu contoh nyata adalah reklamsi yang dilakukan di Dubai. Bukan hal baru lagi bahwa Dubai merupakan salah kota dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia dengan pendapatan perkapita mencapai USD 16.350 (Rp 211 jutaan) tahun 2005. Hal tersebut tentu ditunjang oleh reklamsi pantai yang dilakukan di Dubai. Maka dari itu, reklamasi menjadi pilihan bagi daerah metropolitan, seperti Indonesia dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman.
Akan tetapi, seperti halnya semua probelmatika, selain dampak positif tentunya reklamasi juga memiliki dampak negatif. Pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono, mengatakan, reklamasi Teluk Jakarta lebih banyak menimbulkan dampak negatif daripada positif. Menurutnya, ada lima dampak negatif dari reklamasi pulau, yaitu:
1.      Membuat air laut menjadi naik, berarti akan menambah banjir rob, berarti akan membunuh pepohonan yang tidak mampu beradaptasi dengan air asin.
2.      Sumur-sumur penduduk di sekitar pantai yang tadinya payau akan menjadi asin.
3.      Tumbuh dan berkembangnya bakteri E coli. Bakteri E coli berkembang jika air tawar berkurang. Bakteri ini jika dilihat dengan perbesaran 300 kali mikroskop akan kelihatan sekali. Misalkan diminum, dapat menyebabkan sakit perut, disentri, diare dan sebagainya. Namun, jika dimasak dengan suhu 80 derajat, menurut dia, bakteri E coli dapat mati. Meski tidak jarang masyarakat menggunakan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian.
4.      Warga yang tinggal di pulau reklamasi mungkin akan nyaman, tapi tidak masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Jika kanalnya tidak dibuat dengan baik, pengaruh bau akan sangat besar . Sebab, air asin akan mengendap, terkena panas, dan terjadi proses kontaminasi secara kimia. Hal tersebut tentu saja akan membuat wilayah sekitar menjadi bau, namun akan hilang dan muncul tergantung dari pasang-surut air laut.
5.      Reklamasi berdampak buruk untuk mangrove. Sebab, pasang-surut air laut menyebabkan habitat dan kualitas tanah berubah sehingga jenis tanaman tertentu tidak dapat tumbuh.
Dalam hal ini, masyarakat pesisir juga menjadi salah satu pihak yang sangat menentang adanya reklamasi pantai. Hal ini disebabkan masyarakat pesisirlah yang paling merasakan dampak tersebut. Bagaimana tidak? Reklmasi dapat mengurangi wilayah kelola nelayan tradisional dan memperparah pencemaran. Dengan itu, masyarakat pesisir terancam kehilangan sumber kehidupannya. Misalnya, mata pencaharian hingga tempat tinggal.
            Lantas apa yang seharusnya kita lakukan? Mungkin pertanyaan itu telah sekian kali terlintas difikiran pihak yang masih peduli mengenai kontraversi reklamasi pantai. Apakah reklamasi pantai harus stop or continue? Pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh pribadi masing-masing. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat sisi dari reklamasi pantai tersebut dan cara kita menyikapinya.
Di era sekarang ini, kita seharusnya bisa memilah mana yang baik ataupun buruk untuk masa depan bumi pertiwi kita. Dalam problematika reklamasi pantai sendiri, kita tentu perlu melihat dampak positif dari reklamasi pantai. Akan tetapi, kita juga tidak bisa mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkannya. Apabila ingin tetap dilanjutkan demi Indonesia kedepannya, tentunya harus dipehitungkan dengan sangat matang. Jika perlu memberikan solusi dari dampak negatifnya. Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar