Minggu, 25 Maret 2018

MENEMBUS AWAN, BERSAMA BINTANG, DIANTARA BINTANG (Pengalaman Mengikuti KL-YES/AFS 2018-2019)


MENEMBUS AWAN, BERSAMA BINTANG, DIANTARA BINTANG
(Pengalaman Mengikuti KL-YES/AFS 2018-2019)
Oleh Mutmainna Tahir

Bag 1
Semua orang punya mimpi. Tentu saja. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah mimpi itu bermetamorfosis menjadi realita? Jawabannya tergantung pada pribadi masing-masing. Ada yang menggantungnya setinggi langit. Yang membuatnya tergulung-gulung angin. Yang meliukkannya pada ombak. Yang menetapkannya di pulau mimpi. Ada juga yang menguburnya pada inti bumi. Terserah pribadi itu. Intinya, semua mimpi tak lekang oleh usaha.
Pasti tak asing bukan, kalimat bahwa MIMPI TAK ADA ARTINYA TANPA USAHA? Hal yang sama juga kulakukan pada mimpiku. Mimpi yang kata kebanyakan orang terlalu tinggi dan hanya sebatas mimpi. Dari kecil aku sendiri punya mimpi tinggal dan bersekolah di luar negeri, setidaknya menginjakkan kaki untuk beberapa waktu lamanya. Terlebih jika kita dapat keluar negeri karena sebuah prestasi, tentu akan sangat membanggakan.
Bagi pembaca yang juga punya mimpi sama dan berusaha untuk mewujudkannya, pertukaran pelajar hadir menjadi salah satu jalan untuk menggapai mimpi tersebut. Siapa sih yang tak ingin belajar di luar negeri di masa remaja?
Nah, pada kesempatan kali ini, setelah sekian lama hiatus dari kegiatan penulisan di blog, aku akan memulainya dengan membagikan sesuatu yang bermanfaat. Terutama bagi siswa(i) SMA Kelas X yang ingin mewujudkan mimpinya untuk bersekolah di luar negeri. Salah satunya menjadi siswa pertukaran pelajar.

Mari Mewujudkan Mimpi, Menembus Awan
Di Indonesia ada banyak lembaga-lembaga yang menawarkan pertukaran pelajar bagi siswa SMA sederajat.  Salah satu yang paling populer dan aku tahu pada waktu itu adalah ‘Bina Antarbudaya’. Lembaga ini juga tiap tahun rutin mengadakan seleksi bagi para siswa pemimpi. Biasanya seleksinya dibuka antara bulan Maret-April.  Seleksinya sendiri nantinya bisa diikuti di chapter wilayah terdekat, karena bina antar budaya sendiri punya banyak chapter di Indonesia. Saya sendiri kemarin  tesnya di Chapter Makassar, karena chapter tsb. yang paling dekat dari daerahku, Pinrang (*Sedikit info bahwa chapter Makassar ini yang membawahi sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur, dari Sulawesi sampai Papua)
Kalau mau lebih mengerti tentang ‘Bina Antarbudaya’ ini bisa langsung buka webnya di http://www.bina-antarbudaya.or.id/en/home atau social medianya. Kalau social media yang lebih sering aktif itu Instagram dan Line. Kalau instagram namanya : @binaantarbudaya sedangkan kalau Line, biasanya per chapter dan akan diberitahu saat selesai seleksi pertama
Aku sendiri awalnya tahu adanya program dari bina antarbudaya ini karena  sekedar  mencari informasi tentang pertukaran pelajar di Internet. Sebenarnya, waktu itu aku sama sekali tak berniat mencari program pertukaran pelajar hingga ke luar negeri. Aku hanya ingin mencari program pertukaran pelajar antar provinsi, karena aku sendiri termotivasi oleh salah seorang kakak kelasku yang waktu Itu baru saja pulang dari Bengkulu (*Meski belum sempat mengucapkan terima kasih secara langsung, tapi kalau sempat mampir di tulisanku ini, aku ingin berterima kasih besar  kepadanya, karena secara tak langsung telah berkontsribusi besar untuk pengalaman luar biasa yang pernah kudapatkan).
Nah, singakatnya yang kudapatkan di Internet kala itu adalah progragram ‘KL-YES’ (Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study) yang juga diselenggarakan oleh bina antarbudaya. Hal yang membuatku sangat tertarik dari program KL-YES yang kubaca saat itu adalah karena siswa SMA bisa bersekolah di USA selama satu tahun dan itu semua GRATISSS! Selain itu, kita juga akan tinggal bersama keluarga amerika, menjadi bagian dari mereka, dan mendapatkan banyak hal baru tentunya. Semuanya dibiayai oleh negara USA sendiri.
Siapa coba yang tidak tertarik? Jadilah waktu aku langsung membuka web pendaftarannya. Salah satu syarat pendaftarannya adalah pesertanya merupakan siswa SMA kelas X dengan rentan usia tertentu. Entah itu takdir, kebetulan atau pun keduanya, saat itu aku juga masih duduk di bangku kelas X SMA dan usiaku juga memenuhi rentan persyaratan.
Maka selanjutnya langkah kulakukan adalah mengambil ‘PIN’di      Chapter Makassar. PIN adalah sebuah kode untuk melakukan pendaftaran yang harus dibeli di chapter terdekat. Biasanya harganya Rp. 50.000 (*Dapat berubah sewaktu-waktu). Kebetulan aku punya kegiatan di Makassar waktu itu, jadi saya didampingi keluarga bisa langsung membeli PIN + mengisi beberapa biodata. Setelah punya kode, kita bisa langsung membuat akun untuk melakukan pendaftaran online. Hal yang perlu diinigat, sandi yang digunakan untuk membuat akun ‘HARUS SELALU DIINGAT’. Serta yang tak kalah penting, kode tersebut punya masa Exp. tersendiri. Jadi kalian harus segera menyelesaikan formulir (Terdiri atas lumayan banyak lembar) sebelum masa kadaluarsanya berakhir atau kalian harus membeli PIN ulang.
Nah, dari pengisian formulir tersebut aku baru tahu, ternyata program pertukaran pelajar yang diselenggarakan Bina Antarbudaya tidak hanya KL-YES saja, tapi juga ada AFS (American Field Service). AFS ini juga sudah banyak melahirkan orang hebat loh! Contohnya saja Anies Baswedan, Najwa Shihab, Taufiq Ismail, dan Mario Teguh.

Bagaimana Perbedaan dari KL-YES dengan AFS?
Berdasarkan Website resminya:
  • ·      Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES) Program adalah program beasiswa penuh yang diberikan oleh U.S. Department of State kepada siswa SMA atau sederajat, yang bertujuan menjembatani pemahaman dan saling pengertian antara masyarakat negara-negara dengan populasi muslim yang signifikan dengan masyarakat Amerika Serikat.

·         AFS Intercultural Program, Inc. adalah suatu organisasi non-governmental dan non-profit berbasis internasional yang menjadi wadah untuk memberikan kesempatan bagi para siswa yang ingin belajar dan memahami lebih jauh mengenai perbedaan budaya dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian dunia. 
Sekedar untuk memperjelas bahwasanya KL-YES seluruh biaya ditanggung oleh pihak USA, sedangkan AFS itu biayanya subsidi silang. Tapi tak menuntut kemungkinan AFS juga memberikan beasiswa yang biasanya berasal dari negara partner. Adapun perbedaan lainnya yakni kalau KL-YES hanya menawarkan Year Program (Program satu tahun) dengan negara tujuan hanya USA. Sedangkan AFS, selain menawarkan Year program juga menawarkan Shot Program (Program 1  atau 3 bulan), serta mempunyai banyak pilihan negara, tak hanya USA. Mulai dari Negara-negara di benua Asia, Eropa, hingga Amerika.
Perlu diingat!!! Salah satu resiko yang harus diterima saat memilih Year Program, baik itu dari KL-YES maupun AFS adalah harus bersedia mengulang pelajaran di SMA selama setahun. Artinya, masa SMA kalian adalah 4 tahun. Tapi kata Anis Baswedan “Tak masalah sedikit ditarik ke belakang untuk kemudian dilontarkan jauh kedepan, sepert halnya ketapel”. Meski begitu, bagi kalian yang tak ingin berlama-lama meninggalkan keluarga ataupun mengulang sekolah, bisa memilih Short Program yang ditawarkan oleh AFS.

Bagaimana Tahapan Seleksinya?
            Untuk di tahun 2017, sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pendaftaran KL-YES dan AFS dipisah. Maka dari itu, bagi kalian yang ingin mengikuti program ini sebaiknya memikirkan matang-matang pilihannya.
Sebagai rangkuman, untuk mendapatkan program pertukaran pelajar ini bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kerja keras dan tentunya doa. Program AFS sendiri harus melewati 4 tahap seleksi, sedangkan KL-YES melewati  5 tahap karena setelah tahap ke-4 peserta akan mengikuti selesksi nasional (seleknas)  yang diadakan di Jakarta. Seleksnas ini sendiri tesnya sama dengan semua tes yang dilalui pada tahap 1-3, cuma pada tahap ini prosesnya digabung dan langsung dinilai oleh pihak nasional.
Berikut sedikit rincian mengenai tahap selekssi Bina Antarbudaya  :
Tahap 1 : Tes tertulis (Pengetahuan umum 100 nomor, bahasa Inggris 50 nomor, dan essay tertulis bahasa Indonesia. Adapun tema dari essay ini tiap tahun mengangkat 3 tema berbeda, dan peserta diharuskan untuk memilih salah satu nantinya)
Tahap 2 : Tes Wawancara (Bahasa Indonesia dan bahasa inggris)
Tahap 3 : Diskusi dalam grup dan Talent Show
Tahap 4 : Seleksi Berkas Nasional
*Np: Setelah seleksi berkas nasional peserta akan menghadapi Home Interview oleh pihak Bina Antarbudaya
Tahap 5 : Seleksi Nasional di Jakarta (Khusus KL-YES)
Kalian juga bisa terus memantau website resminya untuk mengetahui informasi dan jadwal penting lainnya di :


Aku sangat menyarankan, bagi kalian yang ingin mengikuti seleksi ini “Be Your Self”!!!

Tes Tahap 1
Spesial bagi mereka, yang bersama meraih mimpi


Diambil pada: 30 April 2016
Setelah selesai Tes Tahap 1
Depan, Kiri-kanan: Nurul Muthmainnah S, Dillah Anriani, Annisa, Dollo, Nurul Fadhillah, Me)
Saat di sekolah, aku juga memberitahu teman-temanku terkait adanya program ini. Alhasil, beberapa diantara mereka juga tertarik. Singkatnya, setelah kurang lebih 1-2 minggu penutupan pendaftaran tes tahap pertama pun dimulai. Tes dilaksanakan pada hari minggu saat itu, namun sebelumnya (sabtu) peserta harus melakukan verifikasi berkas.
Nah, pada saat itu aku beserta teman-temanku yang medaftar, di mana kami semua adalah perempuan, berencana untuk pergi bersama. Mereka, adalah Nur Fadillah Anriani, Annisa, Nurul Fadhilah, Fadillah Muallimah, Marni, Nurul Muthmainnah S dan Ardania Nahrani. Tes Tahap pertama kala dijadwalkan pada akhir April 2016.
 Sayangnya kami menghadapi beberapa kendala. Meskipun tesnya dilkasanakan pada hari minggu, tapi berhubung kami bersekolah di sekolah boarding school, kami menghadapi kendala pada akses izin.  Mengingat kami juga mengambil jatah sehari jadwal sekolha (hari sabtu) untuk melakukan verivikas berkas. Hal ini dikarenakan tak ada surat langsung dari pihak Bina Antarbudaya ke sekolah kami ‘katanya’. Memang sosialisasinya tak sampai di sekolah kami karena jarak yang jauh antara Pinrang-Makassar.
Jadilah kami pada saat itu diminta mendatangkan orang tua kami untuk langsung membuat surat izin. Tentunya, banyak dari kami yang orang tuanya berada di luar daerah. Sehingga pada saat itulah ‘Kreativitas tanpa Batas’ kami pun digunakan.
Selesai satu masalah datanglah masalah yang lain. Pepatah itulah yang saat itu kami rasakan jelas. Yah, kami kembali terkendala dengan masalah transportasi kami ke Makassar. Bahkan, kami sempat mengalami pertikaian hingga hampir mengakibatkan kami terpecah menjad dua kubu. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan kami memutuskan untuk menyambung mobil.
Tepat pada hari Jum’at, waktu magrib (Rencana awal kami adalah Jum’at sore) Keluargaku memarkir mobil rapi di dekat asrama. Siap mengantar kami ke Pare-Pare. Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, kami sampai di rumah salah satu diantara kami, Fadillah Muallimah (Dollo). Kelaurga temanku itu lah yang nantinya siap mengantar kami ke Makassar dan menyediakan kami tempat tinggal di sana . Kami menginap di rumah Dollo malam itu. Kami juga menyempatkan jalan-jalan menikmati suasana malam Pare-Pare. Beberapa diantara kami juga ada yang masih sibuk menyiapkan berkas.
Esok paginya, hari sabtu, kami berangkat ke Makassar diantar oleh keluaga Dollo. Mengisi semua tempat di mobil yang mungkin tersedia. Menahan sesakan hingga empat jam. Sungguh perjuangan yang luar biasa :D. Sesampainya di Makassar, kami beristirahat sejenak, merapikan semua barang kami sebelum menuju ke tempat verifikasi berkas.
Di Lokasi verifikasi berkas, kita diberi kesempatan untuk memperbaiki data-data yang keliru saat pengisisan formulir, termasuk foto. Beberapa diantara kami terpaksa melakukan pemotretan ulang lantaran ketidaksesuaian foto yang diminta. Tapi tenang saja, di sana sudah tersedia fotografer GRATISS kok! Kita juga memberikan berkas-berkas tambahan yang diminta. Kesempatan disini dapat dimanfaatkan untuk menambah kenalan dari sekolah lain juga.
Malam harinya, banyak cerita seru yang kami buat untuk dikenang, sungguh. Beberapa diantara kami juga mempersiapkan tes tertulis untuk esoknya. Manfaatkan juga kesempatan yang ada untuk terus berdoa. Tak lupa pula untuk meminta doa restu dari orang tua, bukan?
Maka tibalah hari yang mendebarkan itu. Hari ahad tepatnya. Lokasi tes saat itu di STIEM Bongaya Makassar. Kami datang menggunakan baju batik sekolah. Ketika memasuki lokasi tes, kami diminta berbaris. Tentunya yang satu sekolah saling berdekatan. Ada pula diantara kami yang bertemu kenangan lama. Setelahnya, sambutan dari ketua Chapter Makassar Menjadi pembuka tes tahap pertama kala itu.
Ketua Chapter Makassar tersebut juga merupakan alumni dari program Bina Antarbudaya, tepatnya program KL-YES. Disana juga ada banyak volunteer yang menjadi panitia, membantu kami dalam berbagai hal. Volunteer ini tentunya juga pernah merasakan hal yang sama seperti kami. Beberapa diantara mereka ada yang lulus, ada pula yang tidak. Mereka bekerja tanpa dibayar. Mencari nilai kebersamaan dan pengalaman diantara sesama volunteer dan peserta lainnya.
Saat itu rasa tidak percaya diriku pun muncul, melihat banyaknya peserta, yang sepertinya lebih 500 orang saat itu. Belum lagi, kami datang jauh dari kota Makassar. “Bagaimana mungkin bisa lolos sampai tahap akhir, jika pesertanya saja sebanyak ini?”.  Namun, rasa itu segera kutepis. Mengingat bukan perjuangan mudah untuk setidaknya sampai di tahap itu. Maka aku memberenaikan diriku, membulatkan tekad untuk menjad salah satu dinatar bintang yang bersinar terang.
Nah, selesai pembukaan kami segera dibagi berdasarkan nomor urut pendaftaran. Selanjutya, kami diarahkan ke ruangan tes masing-masing berdasarkan kelompok yang telah dibagi. Tak ada satu pun teman sekolahku yang bersamaku dalam kelompok tersebut. Jadilah, saat di dalam ruangan, beberapa dari peserta sekolah lain, termasuk aku, saling berkenalan. Di dalam ruangan tes pun, tempat duduk kami sangat diatur. Kalaupun ada peserta yang berasal dari sekolah yang sama, sangat diharamkan untuk berdekatan.
Tak lama kemudian, tes pun dimulai. Tes tertulis pertama adalah tes pengetahuan umum. Terdapat 100 butir soal pilihan ganda dengan waktu 2 jam. Beruntungnya beberapa diantara soal tersebut telah aku pelajari dan sebagian besar lainnya kujawab berdasarkan nuraniku (bahasa lainnya ‘tebakan’) tentunya yang diiringi dengan doa dan harapan, semoga yang dipilih itu adalah jawaban yang benar. Di soal ini, sebaiknya kita memang haris banyak membaca pedoman RPUL dan sejenisnya, serta membuka wawasan terkait beita ter-update.
Setelah pikiran berkecamuk dengan soal pengetahuan umum, kami diberi waktu istrahat selama beberapa menit. Aku menyempatkan mengisi tenaga dan pikiranku dengan memakan makanan yang telah kubeli sebelumnya. Tak lupa pula aku kembali menelpon orang tuaku. Waktu istirahat yang cukup sebentar itu pun berlalu.
Tes tertulis kedua pun dimulai. Kami diberi 50 soal bahasa inggris. Menurutku, tes ini tidak begitu sulit. Karena, tidak jau berbeda dengan soal UN SMP. Pada beberapa soal yang tak kuketahui atau pun membuatku ragu, aku kembali menggunakan sistem ‘tebak’ berdasarkan doa dan keberuntungan. Waktu satu setengah jam pun berlalu. Bersamaan dengan masuknya waktu dzuhur. Kami kembali diberi waktu istirahat. Tapi kali ini cukup senggang, karena bersamaan dengan waktu makan dan sahalat (ISHOMA).
Selesai mengumpulkan lembar tesku, aku keluar mencari teman sekolahku. Kami membeli makanan yang disediakan oleh para volunteer. Setelahnya kami melepas sejenak kepenatan dengan berbagi pengalaman seputar soal yang baru saja kami kerjakan. Kemudian, aku beranjak untuk shalat. Tapi saat itu, mushollah yang tersedia terbatas menampung jamaah, dan air yang tersedia tak cukup banyak. Sementara waktu yang disediakan sudah tak cukup memadai.
Beberapa peserta memilih untuk men-jama’ shalat dzuhurnya dengan shalat Asar. Tapi aku tak tenang jika memilih hal tersebut. Jadilah aku saat itu agak terlamabat memasuki ruang tes. Aku memasuki ruangan tepat saat lembar kertas akan dibagikan. Aku hanya tersenyum melihat pengawas yang mengawasiku saat itu. Ku tahu tatapannya memintaku tak mengulanginya lagi.
Tes tertulis terakhir pu dimulai. Tes Esai. Kami dibagikan 3 kertas. Satu kertas kecil berisi tema yang akan dipilih. Menurut cerita lain dari para alumni tes yang sempat kubaca di internet, tiap tahun temanya berbeda. Adapun 3 tema yang saat itu menjadi takdirku adalah:
1.      Kearifan lokal yang ada di daerahmu dan bagaimana pengaruhnya terhadap dirimu.
2.      Dua masalah terbesar yang pernah dialami selalma hidup dan bagaimana caramu mengatasinya
3.      Berita yang saat itu sedang hangat dan bagaimana pengaruhnya terhadap dirimu
Karena dikejar oleh waktu yang sangat singkat, sementara esai harus ditulis tangan dan punya panjang minimal (kalau tidak salah 500 kata atau 2 lembar folio), maka aku memtuskan mengangkat tema yang pertama. Bukan tanpa pertimbangan, karena sebelumnya aku memang pernah menulis esai tentang kearifan lokal dan kukaitkan dengan diriku. Hal ini merupakan salah satu keuntunganku menjadi anggota Kelompok Ilmiah Remaja-Rumah Cahaya )KIR-RC di sekolah.
Selain kertas kecil, kami juga diberi kertas folio, sebagai tempat untuk menulis esai kami. Serta selembar kertas buram untuk menulis kerangka pemikiran kami akan esai yang kami tulis. Sama seperti tes sebelumnya, kami hanya diminta menulis nomor urut pendaftaran kami pada kertas folio dan kertas buram tersebut.
Alhasil, setelah cukup lama menuangkan isi kepala pada kertas folio, waktu pin habis. Aku tak sempat menghitung jumlah kata yang kutulis waktu itu. Tapi bisa kupastikan bahwa itu sudah melebihi batas minimal. Semua tes selesai tepat pada waktu shalat asar. Aku kembali berkumpul bersama teman-temanku. Tanpa sengaja kami mendengar curhatan peserta lain tentang ‘pengalaman’ mereka saat menjawab tes.  Ada yang juga bermain tebak-tebakan saat tes pengetahuan umum dan setelah di searching ternyata jawabannya benar. Ada pula yang curhat penuh di dalam esai yang mereka tulis. Dari mereka yang sempat kutanyai, ternyata kebanyakan dari mereka memilih esai tema ke-2 saat menulis esai.
Aku dan teman-temanku selanjutnya pergi ke mesjid terdekat. Lalu pergi ke Mall Panakukang untuk sejenak melepas kepenatan setelah menguras habis isi otak. Lucunya, kami yang saat itu mengenakan pakaian batik sekolah tak sempat mengganti pakaian saat memasuki Mall. Mungkin hal itu bisa dimaklumi jika hari itu adalah hari sekolah. Sayangnya, kami memakai style yang salah di hari MINGGU. Kami pun sempat ditanyai oleh security mall dan menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung mall.
Tapi prisip kami saat itu, “having fun aja!”
Kami memutuskan untuk pulang ke Pinrang esok paginya aga tak begitu kelelahan. Menanggung resiko izin di hari senin, yang kami anggap sebagao sedikit liuran sebelum kembali memasuki asrama.
Well, demikian lika-liku yang kualami mulai dari mengenal Bina Antarbudaya sampai tes tahap 1. Boleh dikata special edisi untuk mereka yang seperjuangan kala itu. Adapun pengumuman tes tahap 1 dimumkan sekitar 1-2 minggu setelahnya. Tentang bagaimana hasilnya, siapa saja yang lolos, dan bagaimana kisah di tahap selanjutnya? Nantikan tulisanku berikutnya…. J

*May be useful guys…..
*And selamat berjuang bagi kalian yang juga ingin meraih mimpi
Quotes :
Percayalah, takdir selalu punya yang terbaik untukmu. Ia menginginkanmu mencapai sesuatu untuk mendapatkan hasil lain yang terbaik. So, jangan pernah berhenti untuk mencoba”-InnaT