MENEMBUS
AWAN, BERSAMA BINTANG, DIANTARA BINTANG
(Pengalaman
Mengikuti KL-YES/AFS 2018-2019)
Oleh
Mutmainna Tahir
Bag
1
Semua
orang punya mimpi. Tentu saja. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah
mimpi itu bermetamorfosis menjadi realita? Jawabannya tergantung pada pribadi
masing-masing. Ada yang menggantungnya setinggi langit. Yang membuatnya
tergulung-gulung angin. Yang meliukkannya pada ombak. Yang menetapkannya di
pulau mimpi. Ada juga yang menguburnya pada inti bumi. Terserah pribadi itu.
Intinya, semua mimpi tak lekang oleh usaha.
Pasti
tak asing bukan, kalimat bahwa MIMPI TAK ADA ARTINYA TANPA USAHA? Hal yang sama
juga kulakukan pada mimpiku. Mimpi yang kata kebanyakan orang terlalu tinggi
dan hanya sebatas mimpi. Dari kecil aku sendiri punya mimpi tinggal dan
bersekolah di luar negeri, setidaknya menginjakkan kaki untuk beberapa waktu
lamanya. Terlebih jika kita dapat keluar negeri karena sebuah prestasi, tentu
akan sangat membanggakan.
Bagi
pembaca yang juga punya mimpi sama dan berusaha untuk mewujudkannya, pertukaran
pelajar hadir menjadi salah satu jalan untuk menggapai mimpi tersebut. Siapa
sih yang tak ingin belajar di luar negeri di masa remaja?
Nah,
pada kesempatan kali ini, setelah sekian lama hiatus dari kegiatan penulisan di
blog, aku akan memulainya dengan membagikan sesuatu yang bermanfaat. Terutama
bagi siswa(i) SMA Kelas X yang ingin mewujudkan mimpinya untuk bersekolah di
luar negeri. Salah satunya menjadi siswa pertukaran pelajar.
Mari
Mewujudkan Mimpi, Menembus Awan
Di
Indonesia ada banyak lembaga-lembaga yang menawarkan pertukaran pelajar bagi
siswa SMA sederajat. Salah satu yang
paling populer dan aku tahu pada waktu itu adalah ‘Bina Antarbudaya’. Lembaga
ini juga tiap tahun rutin mengadakan seleksi bagi para siswa pemimpi. Biasanya
seleksinya dibuka antara bulan Maret-April. Seleksinya sendiri nantinya bisa diikuti di
chapter wilayah terdekat, karena bina antar budaya sendiri punya banyak chapter
di Indonesia. Saya sendiri kemarin
tesnya di Chapter Makassar, karena chapter tsb. yang paling dekat dari
daerahku, Pinrang (*Sedikit info bahwa chapter Makassar ini yang membawahi
sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur, dari Sulawesi sampai Papua)
Kalau
mau lebih mengerti tentang ‘Bina Antarbudaya’ ini bisa langsung buka webnya di http://www.bina-antarbudaya.or.id/en/home
atau social medianya. Kalau social media yang lebih sering
aktif itu Instagram dan Line. Kalau instagram namanya : @binaantarbudaya
sedangkan kalau Line, biasanya per chapter dan akan diberitahu saat selesai
seleksi pertama
Aku
sendiri awalnya tahu adanya program dari bina antarbudaya ini karena sekedar
mencari informasi tentang pertukaran pelajar di Internet. Sebenarnya,
waktu itu aku sama sekali tak berniat mencari program pertukaran pelajar hingga
ke luar negeri. Aku hanya ingin mencari program pertukaran pelajar antar
provinsi, karena aku sendiri termotivasi oleh salah seorang kakak kelasku yang
waktu Itu baru saja pulang dari Bengkulu (*Meski belum sempat mengucapkan
terima kasih secara langsung, tapi kalau sempat mampir di tulisanku ini, aku
ingin berterima kasih besar kepadanya,
karena secara tak langsung telah berkontsribusi besar untuk pengalaman luar
biasa yang pernah kudapatkan).
Nah,
singakatnya yang kudapatkan di Internet kala itu adalah progragram ‘KL-YES’ (Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study) yang
juga diselenggarakan oleh bina antarbudaya. Hal yang membuatku sangat tertarik
dari program KL-YES yang kubaca saat itu adalah karena siswa SMA bisa
bersekolah di USA selama satu tahun dan itu semua GRATISSS! Selain itu, kita
juga akan tinggal bersama keluarga amerika, menjadi bagian dari mereka, dan
mendapatkan banyak hal baru tentunya. Semuanya dibiayai oleh negara USA
sendiri.
Siapa
coba yang tidak tertarik? Jadilah waktu aku langsung membuka web
pendaftarannya. Salah satu syarat pendaftarannya adalah pesertanya merupakan
siswa SMA kelas X dengan rentan usia tertentu. Entah itu takdir, kebetulan atau
pun keduanya, saat itu aku juga masih duduk di bangku kelas X SMA dan usiaku
juga memenuhi rentan persyaratan.
Maka
selanjutnya langkah kulakukan adalah mengambil ‘PIN’di Chapter Makassar. PIN adalah sebuah kode untuk melakukan
pendaftaran yang harus dibeli di chapter terdekat. Biasanya harganya Rp. 50.000
(*Dapat berubah sewaktu-waktu). Kebetulan aku punya kegiatan di Makassar waktu
itu, jadi saya didampingi keluarga bisa langsung membeli PIN + mengisi beberapa
biodata. Setelah punya kode, kita bisa langsung membuat akun untuk melakukan
pendaftaran online. Hal yang perlu diinigat, sandi yang digunakan untuk membuat
akun ‘HARUS SELALU DIINGAT’. Serta yang tak
kalah penting, kode tersebut punya masa Exp. tersendiri. Jadi kalian harus
segera menyelesaikan formulir (Terdiri atas lumayan banyak lembar) sebelum masa
kadaluarsanya berakhir atau kalian harus membeli PIN ulang.
Nah,
dari pengisian formulir tersebut aku baru tahu, ternyata program pertukaran
pelajar yang diselenggarakan Bina Antarbudaya tidak hanya KL-YES saja, tapi
juga ada AFS (American Field Service). AFS ini juga sudah banyak melahirkan
orang hebat loh! Contohnya saja Anies Baswedan, Najwa Shihab, Taufiq Ismail,
dan Mario Teguh.
Bagaimana
Perbedaan dari KL-YES dengan AFS?
Berdasarkan Website
resminya:
- · Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES) Program adalah program beasiswa penuh yang diberikan oleh U.S. Department of State kepada siswa SMA atau sederajat, yang bertujuan menjembatani pemahaman dan saling pengertian antara masyarakat negara-negara dengan populasi muslim yang signifikan dengan masyarakat Amerika Serikat.
·
AFS Intercultural Program, Inc. adalah suatu
organisasi non-governmental dan non-profit berbasis internasional yang menjadi
wadah untuk memberikan kesempatan bagi para siswa yang ingin belajar dan
memahami lebih jauh mengenai perbedaan budaya dengan tujuan untuk menciptakan
perdamaian dunia.
Sekedar untuk
memperjelas bahwasanya KL-YES seluruh biaya ditanggung oleh pihak USA,
sedangkan AFS itu biayanya subsidi silang. Tapi tak menuntut kemungkinan AFS
juga memberikan beasiswa yang biasanya berasal dari negara partner. Adapun
perbedaan lainnya yakni kalau KL-YES hanya menawarkan Year Program (Program
satu tahun) dengan negara tujuan hanya USA. Sedangkan AFS, selain menawarkan
Year program juga menawarkan Shot Program (Program 1 atau 3 bulan), serta mempunyai banyak pilihan
negara, tak hanya USA. Mulai dari Negara-negara di
benua Asia, Eropa, hingga Amerika.
Perlu
diingat!!! Salah satu resiko yang harus diterima saat memilih
Year Program, baik itu dari KL-YES maupun AFS adalah harus bersedia mengulang
pelajaran di SMA selama setahun. Artinya, masa SMA kalian adalah 4 tahun. Tapi
kata Anis Baswedan “Tak masalah sedikit ditarik ke belakang untuk kemudian
dilontarkan jauh kedepan, sepert halnya ketapel”. Meski begitu, bagi kalian
yang tak ingin berlama-lama meninggalkan keluarga ataupun mengulang sekolah,
bisa memilih Short Program yang ditawarkan oleh AFS.
Bagaimana
Tahapan Seleksinya?
Untuk di tahun 2017, sedikit berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, dimana pendaftaran KL-YES dan AFS dipisah. Maka dari itu, bagi
kalian yang ingin mengikuti program ini sebaiknya memikirkan matang-matang
pilihannya.
Sebagai
rangkuman, untuk mendapatkan program pertukaran pelajar ini bukanlah hal yang
mudah. Diperlukan kerja keras dan tentunya doa. Program AFS sendiri harus
melewati 4 tahap seleksi, sedangkan KL-YES melewati 5 tahap karena setelah tahap ke-4 peserta akan
mengikuti selesksi nasional (seleknas)
yang diadakan di Jakarta. Seleksnas ini sendiri tesnya sama dengan semua
tes yang dilalui pada tahap 1-3, cuma pada tahap ini prosesnya digabung dan
langsung dinilai oleh pihak nasional.
Berikut
sedikit rincian mengenai tahap selekssi Bina Antarbudaya :
Tahap 1
: Tes tertulis (Pengetahuan umum 100 nomor, bahasa Inggris 50 nomor, dan essay
tertulis bahasa Indonesia. Adapun tema dari essay ini tiap tahun mengangkat 3
tema berbeda, dan peserta diharuskan untuk memilih salah satu nantinya)
Tahap 2
: Tes Wawancara (Bahasa Indonesia dan bahasa inggris)
Tahap 3
: Diskusi dalam grup dan Talent Show
Tahap 4
: Seleksi Berkas Nasional
*Np: Setelah seleksi berkas nasional peserta akan menghadapi Home Interview oleh pihak Bina
Antarbudaya
Tahap 5
: Seleksi Nasional di Jakarta (Khusus KL-YES)
Kalian juga bisa terus
memantau website resminya untuk mengetahui informasi dan jadwal penting lainnya
di :
Aku sangat menyarankan,
bagi kalian yang ingin mengikuti seleksi ini “Be Your Self”!!!
Tes
Tahap 1
Spesial
bagi mereka, yang bersama meraih mimpi
Diambil
pada: 30 April 2016
Setelah
selesai Tes Tahap 1
Depan,
Kiri-kanan: Nurul Muthmainnah S, Dillah Anriani, Annisa, Dollo, Nurul
Fadhillah, Me)
Saat
di sekolah, aku juga memberitahu teman-temanku terkait adanya program ini.
Alhasil, beberapa diantara mereka juga tertarik. Singkatnya, setelah kurang
lebih 1-2 minggu penutupan pendaftaran tes tahap pertama pun dimulai. Tes
dilaksanakan pada hari minggu saat itu, namun sebelumnya (sabtu) peserta harus
melakukan verifikasi berkas.
Nah,
pada saat itu aku beserta teman-temanku yang medaftar, di mana kami semua
adalah perempuan, berencana untuk pergi bersama. Mereka, adalah Nur Fadillah
Anriani, Annisa, Nurul Fadhilah, Fadillah Muallimah, Marni, Nurul Muthmainnah S
dan Ardania Nahrani. Tes Tahap pertama kala dijadwalkan pada akhir April 2016.
Sayangnya kami menghadapi beberapa kendala.
Meskipun tesnya dilkasanakan pada hari minggu, tapi berhubung kami bersekolah
di sekolah boarding school, kami
menghadapi kendala pada akses izin.
Mengingat kami juga mengambil jatah sehari jadwal sekolha (hari sabtu)
untuk melakukan verivikas berkas. Hal ini dikarenakan tak ada surat langsung
dari pihak Bina Antarbudaya ke sekolah kami ‘katanya’. Memang sosialisasinya
tak sampai di sekolah kami karena jarak yang jauh antara Pinrang-Makassar.
Jadilah
kami pada saat itu diminta mendatangkan orang tua kami untuk langsung membuat
surat izin. Tentunya, banyak dari kami yang orang tuanya berada di luar daerah.
Sehingga pada saat itulah ‘Kreativitas tanpa Batas’ kami pun digunakan.
Selesai
satu masalah datanglah masalah yang lain. Pepatah itulah yang saat itu kami
rasakan jelas. Yah, kami kembali terkendala dengan masalah transportasi kami ke
Makassar. Bahkan, kami sempat mengalami pertikaian hingga hampir mengakibatkan
kami terpecah menjad dua kubu. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan kami
memutuskan untuk menyambung mobil.
Tepat
pada hari Jum’at, waktu magrib (Rencana awal kami adalah Jum’at sore) Keluargaku
memarkir mobil rapi di dekat asrama. Siap mengantar kami ke Pare-Pare. Setelah
kurang lebih 30 menit perjalanan, kami sampai di rumah salah satu diantara
kami, Fadillah Muallimah (Dollo). Kelaurga temanku itu lah yang nantinya siap
mengantar kami ke Makassar dan menyediakan kami tempat tinggal di sana . Kami
menginap di rumah Dollo malam itu. Kami juga menyempatkan jalan-jalan menikmati
suasana malam Pare-Pare. Beberapa diantara kami juga ada yang masih sibuk
menyiapkan berkas.
Esok
paginya, hari sabtu, kami berangkat ke Makassar diantar oleh keluaga Dollo.
Mengisi semua tempat di mobil yang mungkin tersedia. Menahan sesakan hingga
empat jam. Sungguh perjuangan yang luar biasa :D. Sesampainya di Makassar, kami
beristirahat sejenak, merapikan semua barang kami sebelum menuju ke tempat
verifikasi berkas.
Di
Lokasi verifikasi berkas, kita diberi kesempatan untuk memperbaiki data-data
yang keliru saat pengisisan formulir, termasuk foto. Beberapa diantara kami
terpaksa melakukan pemotretan ulang lantaran ketidaksesuaian foto yang diminta.
Tapi tenang saja, di sana sudah tersedia fotografer GRATISS kok! Kita juga
memberikan berkas-berkas tambahan yang diminta. Kesempatan disini dapat
dimanfaatkan untuk menambah kenalan dari sekolah lain juga.
Malam
harinya, banyak cerita seru yang kami buat untuk dikenang, sungguh. Beberapa
diantara kami juga mempersiapkan tes tertulis untuk esoknya. Manfaatkan juga
kesempatan yang ada untuk terus berdoa. Tak lupa pula untuk meminta doa restu
dari orang tua, bukan?
Maka
tibalah hari yang mendebarkan itu. Hari ahad tepatnya. Lokasi tes saat itu di
STIEM Bongaya Makassar. Kami datang menggunakan baju batik sekolah. Ketika
memasuki lokasi tes, kami diminta berbaris. Tentunya yang satu sekolah saling
berdekatan. Ada pula diantara kami yang bertemu kenangan lama. Setelahnya,
sambutan dari ketua Chapter Makassar Menjadi pembuka tes tahap pertama kala
itu.
Ketua
Chapter Makassar tersebut juga merupakan alumni dari program Bina Antarbudaya,
tepatnya program KL-YES. Disana juga ada banyak volunteer yang menjadi panitia,
membantu kami dalam berbagai hal. Volunteer ini tentunya juga pernah merasakan
hal yang sama seperti kami. Beberapa diantara mereka ada yang lulus, ada pula
yang tidak. Mereka bekerja tanpa dibayar. Mencari nilai kebersamaan dan
pengalaman diantara sesama volunteer dan peserta lainnya.
Saat
itu rasa tidak percaya diriku pun muncul, melihat banyaknya peserta, yang
sepertinya lebih 500 orang saat itu. Belum lagi, kami datang jauh dari kota
Makassar. “Bagaimana mungkin bisa lolos sampai tahap akhir, jika pesertanya
saja sebanyak ini?”. Namun, rasa itu
segera kutepis. Mengingat bukan perjuangan mudah untuk setidaknya sampai di
tahap itu. Maka aku memberenaikan diriku, membulatkan tekad untuk menjad salah
satu dinatar bintang yang bersinar terang.
Nah,
selesai pembukaan kami segera dibagi berdasarkan nomor urut pendaftaran.
Selanjutya, kami diarahkan ke ruangan tes masing-masing berdasarkan kelompok
yang telah dibagi. Tak ada satu pun teman sekolahku yang bersamaku dalam kelompok
tersebut. Jadilah, saat di dalam ruangan, beberapa dari peserta sekolah lain,
termasuk aku, saling berkenalan. Di dalam ruangan tes pun, tempat duduk kami
sangat diatur. Kalaupun ada peserta yang berasal dari sekolah yang sama, sangat
diharamkan untuk berdekatan.
Tak
lama kemudian, tes pun dimulai. Tes tertulis pertama adalah tes pengetahuan
umum. Terdapat 100 butir soal pilihan ganda dengan waktu 2 jam. Beruntungnya
beberapa diantara soal tersebut telah aku pelajari dan sebagian besar lainnya
kujawab berdasarkan nuraniku (bahasa lainnya ‘tebakan’) tentunya yang diiringi
dengan doa dan harapan, semoga yang dipilih itu adalah jawaban yang benar. Di
soal ini, sebaiknya kita memang haris banyak membaca pedoman RPUL dan
sejenisnya, serta membuka wawasan terkait beita ter-update.
Setelah
pikiran berkecamuk dengan soal pengetahuan umum, kami diberi waktu istrahat
selama beberapa menit. Aku menyempatkan mengisi tenaga dan pikiranku dengan
memakan makanan yang telah kubeli sebelumnya. Tak lupa pula aku kembali menelpon
orang tuaku. Waktu istirahat yang cukup sebentar itu pun berlalu.
Tes
tertulis kedua pun dimulai. Kami diberi 50 soal bahasa inggris. Menurutku, tes
ini tidak begitu sulit. Karena, tidak jau berbeda dengan soal UN SMP. Pada
beberapa soal yang tak kuketahui atau pun membuatku ragu, aku kembali
menggunakan sistem ‘tebak’ berdasarkan doa dan keberuntungan. Waktu satu
setengah jam pun berlalu. Bersamaan dengan masuknya waktu dzuhur. Kami kembali
diberi waktu istirahat. Tapi kali ini cukup senggang, karena bersamaan dengan
waktu makan dan sahalat (ISHOMA).
Selesai
mengumpulkan lembar tesku, aku keluar mencari teman sekolahku. Kami membeli
makanan yang disediakan oleh para volunteer. Setelahnya kami melepas sejenak
kepenatan dengan berbagi pengalaman seputar soal yang baru saja kami kerjakan.
Kemudian, aku beranjak untuk shalat. Tapi saat itu, mushollah yang tersedia
terbatas menampung jamaah, dan air yang tersedia tak cukup banyak. Sementara
waktu yang disediakan sudah tak cukup memadai.
Beberapa
peserta memilih untuk men-jama’ shalat dzuhurnya dengan shalat Asar. Tapi aku
tak tenang jika memilih hal tersebut. Jadilah aku saat itu agak terlamabat
memasuki ruang tes. Aku memasuki ruangan tepat saat lembar kertas akan
dibagikan. Aku hanya tersenyum melihat pengawas yang mengawasiku saat itu. Ku
tahu tatapannya memintaku tak mengulanginya lagi.
Tes
tertulis terakhir pu dimulai. Tes Esai. Kami dibagikan 3 kertas. Satu kertas
kecil berisi tema yang akan dipilih. Menurut cerita lain dari para alumni tes
yang sempat kubaca di internet, tiap tahun temanya berbeda. Adapun 3 tema yang
saat itu menjadi takdirku adalah:
1. Kearifan
lokal yang ada di daerahmu dan bagaimana pengaruhnya terhadap dirimu.
2. Dua
masalah terbesar yang pernah dialami selalma hidup dan bagaimana caramu
mengatasinya
3. Berita
yang saat itu sedang hangat dan bagaimana pengaruhnya terhadap dirimu
Karena dikejar oleh
waktu yang sangat singkat, sementara esai harus ditulis tangan dan punya
panjang minimal (kalau tidak salah 500 kata atau 2 lembar folio), maka aku
memtuskan mengangkat tema yang pertama. Bukan tanpa pertimbangan, karena
sebelumnya aku memang pernah menulis esai tentang kearifan lokal dan kukaitkan
dengan diriku. Hal ini merupakan salah satu keuntunganku menjadi anggota
Kelompok Ilmiah Remaja-Rumah Cahaya )KIR-RC di sekolah.
Selain
kertas kecil, kami juga diberi kertas folio, sebagai tempat untuk menulis esai
kami. Serta selembar kertas buram untuk menulis kerangka pemikiran kami akan
esai yang kami tulis. Sama seperti tes sebelumnya, kami hanya diminta menulis
nomor urut pendaftaran kami pada kertas folio dan kertas buram tersebut.
Alhasil,
setelah cukup lama menuangkan isi kepala pada kertas folio, waktu pin habis.
Aku tak sempat menghitung jumlah kata yang kutulis waktu itu. Tapi bisa
kupastikan bahwa itu sudah melebihi batas minimal. Semua tes selesai tepat pada
waktu shalat asar. Aku kembali berkumpul bersama teman-temanku. Tanpa sengaja
kami mendengar curhatan peserta lain tentang ‘pengalaman’ mereka saat menjawab tes. Ada yang juga bermain tebak-tebakan saat tes
pengetahuan umum dan setelah di searching
ternyata jawabannya benar. Ada pula yang curhat penuh di dalam esai yang mereka
tulis. Dari mereka yang sempat kutanyai, ternyata kebanyakan dari mereka
memilih esai tema ke-2 saat menulis esai.
Aku
dan teman-temanku selanjutnya pergi ke mesjid terdekat. Lalu pergi ke Mall Panakukang untuk sejenak melepas
kepenatan setelah menguras habis isi otak. Lucunya, kami yang saat itu
mengenakan pakaian batik sekolah tak sempat mengganti pakaian saat memasuki
Mall. Mungkin hal itu bisa dimaklumi jika hari itu adalah hari sekolah.
Sayangnya, kami memakai style yang salah di hari MINGGU. Kami pun sempat
ditanyai oleh security mall dan menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung mall.
Tapi prisip kami saat
itu, “having fun aja!”
Kami
memutuskan untuk pulang ke Pinrang esok paginya aga tak begitu kelelahan.
Menanggung resiko izin di hari senin, yang kami anggap sebagao sedikit liuran
sebelum kembali memasuki asrama.
Well,
demikian lika-liku yang kualami mulai dari mengenal Bina Antarbudaya sampai tes
tahap 1. Boleh dikata special edisi untuk mereka yang seperjuangan kala itu.
Adapun pengumuman tes tahap 1 dimumkan sekitar 1-2 minggu setelahnya. Tentang
bagaimana hasilnya, siapa saja yang lolos, dan bagaimana kisah di tahap
selanjutnya? Nantikan tulisanku berikutnya…. J
*May be useful guys…..
*And selamat berjuang
bagi kalian yang juga ingin meraih mimpi
Quotes
:
“Percayalah, takdir selalu punya yang terbaik untukmu. Ia menginginkanmu
mencapai sesuatu untuk mendapatkan hasil lain yang terbaik. So, jangan pernah
berhenti untuk mencoba”-InnaT